Selasa, 09 Oktober 2012

Bahayanya Bila Kurang Tidur

Hasil riset mendapati, bahwa dalam jangka pendek kurangnya tidur dalam kapasitas normalnya (dalam seminggu kurang tidur 2 jam setiap hari), juga bisa menimbulkan jatuh tertidur dalam kondisi berbahaya atau di tempat yang tidak sesuai, misalnya saat mengikuti pelajaran atau ketika mengemudikan mobil.
Hasil sebuah survei terhadap sopir di Inggris menunjukkan, sebesar 29% sopir mengaku bahwa saat mengemudi dalam satu tahun belakangan ini hampir selalu mengalami ketiduran, mengakibatkan 10% insiden tabrakan nonfaktor luar ini berhubungan dengan kelelahan.
Orang-orang belum menganggap bahwa kurang tidur dan tidak cukupnya istirahat sebagai suatu ancaman bahaya, mengabaikan waktu istirahat di tengah-tengah persaingan sosial. Bahaya yang terpendam dalam keletihan yang dianggap sepele, adalah oleh karena letih sama seperti alkohol umumnya, bukan merupakan penyebab langsung timbulnya kecelakaan, ia hanya menurunkan kemampuan tindakan dan mengakibatkan meningkatnya bahaya yang merugikan. Dalam proses letih yang terjadi, kewaspadan kadang baik dan terkadang buruk, rangsangan Tou Xuan liang Zhui gu menyebabkan turunnya tingkat kewaspadaan mengalami penghentian sementara, yang kerap memberi suatu kesan semu yang bisa mengendalikan rasa lelah, sehingga orang-orang tidak dapat menyadari bahwa fakta kemampuan perilaku individual sudah turun.
Sejumlah besar orang kekurangan tidur yang cukup, bahkan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, lagi pula mempengaruhi kemampuan belajar mereka di siang hari. Dan masalah ini juga eksis secara umum pada siswa SMU kita. Dan sejumlah besar orang menganggap, bahwa begadang adalah suatu kecakapan, bermanfaat terhadap kemampuan belajar dan pekerjaan, sesungguhnya setelah begadang acap kali timbul rasa pusing dan mengantuk, jika dalam kondisi demikian dan dalam jangka panjang duduk termenung di depan meja tarus-menerus belajar dengan tekun dan lupa makan dan tidur, hanya untuk memperlihatkan kepada orang tua, guru dan diri sendiri, tidak akan bisa memperoleh prestasi yang relevan dengan pengorbanan dan jerih payah sendiri. Hasil statistik di luar negeri mendapati, bahwa di antara sejumlah rumah sakit, terdapat 1/3 dokter yang kinerjanya terpengaruh karena waktu aplus yang terlalu panjang. Sekalipun sejumlah besar bukti menunjukkan, bahwa kualitas medis dokter terpengaruh karena kurang tidur atau istirahat, namun tetap ada yang beranggapan, bahwa bekerja dalam jangka panjang merupakan kewajiban profesi dan untuk ini diadakan pelatihan.
Baru-baru ini, ada yang mengadakan perbadingan sifat racun alkohol dengan kurang tidur, dan didapati, setelah tidak tidur selama 17-19 jam kemudian, dan ketika perilaku orang dengan kekentalan alkohol darah itu 0,05% sangat bahkan lebih buruk, karena itu peraturan lalu lintas di sejumlah besar negara dengan tegas menetapkan aturan yaitu melarang mengemudikan mobil dalam kondisi lelah, dan standar ini juga dapat dipakai pada pekerjaan medis yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi. Para pejabat tinggi di Jerman umumnya istirahat beberapa saat lalu melanjutkan pekerjaannya setelah 2 jam bekerja, tujuannya adalah menjaga stamina agar penuh vitalitas, mencegah timbulnya kesalahan medis di bawah kondisi lelahnya otak besar, pengurus medis kita juga wajib memanfaatkan pengalaman mereka, untuk meningkatkan mutu medis kita. Karena itu, jika ditilik dari sudut kesehatan dan kebersihan umum, harus mengubah tidur semu dan kurang istirahat sebagai suatu konsepsi yang mulia, melihatnya sebagai ancaman nyata terhadap masyarakat dan individual. Hanya dengan belajar dan bekerja di bawah kondisi efisiensi tinggi baru bisa memperoleh manfaat yang lebih baik.(erabaru.net)*

0 komentar:

Posting Komentar